PENGHIANAT

 (1). Pertarungan tidak selalu melahirkan pejuang, tapi juga memunculkan pengkhianat, itulah sebabnya lawan mampu bertahan, bukan karena mereka hebat, tapi karena campur tangan para pengkhianat. Bagaimana mungkin negara sekecil Belanda bisa menjajah negeri sebesar Indonesia, bahkan hingga 350 tahun? Jawabnya karena Belanda dibantu para pengkhianat. Hanya demi perut dan 1 stel seragam, mereka rela menjadi mata mata penjajah dan mengkhianati perjuangan bangsanya sendiri. 


(2). Teuku Cik Ditiro, contohya, tak terkalahkan selama memimpin Perang Sabil di Aceh. Belanda selalu gagal membunuhnya di medan perang. Belanda baru bisa memadamkan perang Aceh setelah Teuku Cik Ditiro dibunuh dgn cara diracun. Siapa yg melakukannya? Belanda? Bukan. Tapi pribumi pengkhianat yang tergiur dengan iming-iming jabatan. Begitu juga dengan yang dialami Panglima Besar Jenderal Sudirman. Akibat pengkhianatan anak buahnya, persembunyiannya dalam perang gerilya  dikepung Belanda. Meskipun sang Jenderal tetap selamat dan lolos dari penyergapan, akan tetapi peristiwa tersebut akibat dari ulah penghianat. 

(3). Itulah sebabnya Syeikh Abdullah 'Azzam berpesan: "Sediakan olehmu sepuluh peluru. Satu untuk musuhmu, dan sembilan untuk Pengkhianat".

(4).  "Perjuangan  jauh lebih sulit bila melawan para penghianat dari bangsamu sendiri, yang mampu bermuka dua.”

(5). Kelak di akhirat mereka akan merasakan balasannya. "Dari Abu Said al-Khudri ra. bahwa Nabi saw bersabda, "Setiap pengkhianat itu ada benderanya di setiap duburnya pada hari kiamat. Dimana bendera itu ditinggikan sesuai dengan kadar khianatnya..."
(HR. Muslim) 

(6). Tapi fakta politiknya dewasa ini, terkadang penghianat bisa berubah menjadi pahlawan yang diagung-agungkan, sehingga makna dari kata penghianat tergantung dari sudut kepentingan mana kita melihatnya. (Syahrul Sitorus)

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Petrovich9. Diberdayakan oleh Blogger.